Remaja Gaul, Smart, Dan Nyar'i


Menjadi “Remaja Gaul” yang Syar'i
Secara teoritis, dan empiris dari segi psikologis, rentangan usia remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampi 22 tahun bagi pria. Masa remaja adalah masa “stress dan strain” (masa kegoncangan dan kebimbangan), yaitu masa puncak pencarian identitas diri. Walaupun pencarian identitas itu sudah ada sejak tahap bayi sampai tahap tua, tetapi krisis identitas itu mencapai puncaknya pada masa remaja. Ini karena masa remaja adalah masa peralihan dari tahap anak-anak menuju dewasa.

Masa yang juga ditandai dengan berkembangnya kelenjar atau hormon, termasuk organ seks. Hal ini membuat remaja sadar bahwa mereka bukan lagi anak-anak walaupun kejiwaan mereka masih belum bisa sepenuhnya meninggalkan kekanak-kanakannya. Pada masa ini remaja juga mulai dapat mengerti tentang pengertian-pengertian agama, seperti pengetahuan tentang Alloh, tentang surga, tentang neraka, dan nilai-nilai dien yang lain, sehingga apabila sejak kanak-kanak orang tua telah membiasakan anak untuk mengenal Alloh dan juga nilai-nilai dien yang lain, maka ketika anak menjadi remaja, dia tinggal meneruskan kebiasaan berdien-nya sejak kecil, tetapi dengan pemahaman yang baru sesuai dengan perkembangan umurnya.
Akhlak remaja

Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasul saw. bersabda :

كل مولود يولد على الفطرة وإنّما أبواه يهوّدانه أو ينصّرانه أو يمجّسانه

Setiap anak itu dilahirkan menurut fitrahnya, dan kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya seorang Yahudi, Nashrani, atau Majusi”

Sigmind Freud, seorang pakar Psikologi mengatakan bahwa struktur dasar kepribadian sudah terbentuk pada usia lima tahun, dan perkembangan kepribadian sesudah usia lima tahun sebagian besar hanya merupakan pengembangan dari struktur dasar tadi.

Kedua hal tersebut menunjukkan, bahwa sikap dan gaya kepengasuhan orang tua di rumah pada lima tahun awal kehidupannya, sangat menentukan sifat anak hingga dia dewasa kelak, walaupun tentu saja tidak bersifat mutlak. Orang tua yang keras kepada anak, akan menumbuhkan anak yang keras juga. Orang tua yang tidak mengajarkan disiplin, akan memunculkan sifat ketidakaturan pada anak, bahkan destruktif. Sebaliknya bila orang tua mendidik dan mendisiplinkan anak dengan kasih sayang, anak akan tumbuh menjadi anak yang kreatif dan produktif. Tetapi sifat atau akhlak, seperti banyak hal di dunia ini adalah sesuatu yang bisa dipelajari dan dibiasakan, bisa diubah atau dibentuk. Kebiasaan baik yang ditanamkan orang tua kepada anak sejak kecil, bisa saja ketika anak tumbuh menjadi remaja akan luntur dan kalah dengan perngaruh-pengaruh dari luar rumah, misalnya pengaruh pergaulan, juga kecanggihan tehnologi informasi seperti TV, internet juga telpon seluler. Demikian pula sebaliknya, ada anak yang lahir dan tumbuh dengan pemahaman dien yang minim, tetapi pergaulan di luar rumah atau pendidikan dapat mengantarkannya pada pemahaman dien yang benar, sehingga anak tersebut menjelma menjadi remaja yang syari’ (mematuhi syariat Islam)

Inilah kemudian, yang membuat komunikasi antar orang tua dan anak menjadi penting, saat anak memasuki usia remaja, agar orang tua dapat mengetahui gejolak jiwa remajanya, untuk kemudian mengarahkannya kepada jalan syariat…..Dan yang tidak kalah penting adalah doa, karena hanya Allohlah yang berhak untuk memberikan hidayah kepada seseorang, ataupun menyesatkannya.
Akhlak bisa dibentuk

Menjadi remaja yang gaul adalah hal yang diimpikan hampir oleh semua remaja. Remaja gaul identik dengan remaja cerdas, terkenal dan percaya diri. Siapa yang tidak ingin? Itulah kenapa para remaja banyak mengidolakan para artis yang di layar kaca terkesan cantik/ganteng dan percaya diri. Karena remaja-remaja mengidolakan para artis, merekapun terdorong untuk mengikuti gaya dan pola hidup artis-artis yang mereka idolakan itu. Mulai dari busana, gaya bicara, bahkan prinsip dan gaya hidup. Lalu bagaimana dengan remaja Islam? Bukankah remaja Islam adalah seorang remaja yang juga ingin menjadi sosok yang percaya diri?

Alloh swt. berfirman dalam surat Ali Imron ayat 110

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ...الآية)

Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Alloh……”

Bagaimana seorang remaja Islam merasa tidak percaya diri, padahal Alloh telah menyebutnya sebaik-baik umat? Bila kita tengok sejarah, betapa tinggi kepercayaan diri Rasul ketika harus mengemban amanat dakwah. Sendirian….betapa percaya diri Ja’far Bin Abi Thalib ketika dia harus berhadapan dengan Raja Habsyi, padahal statusnya sebagai pendatang…..Betapa percaya diri Amr Bin Ash ketika dia memasuki benteng Babilonia atas undangan Kaisar Romawi untuk bernegoisasi….Betapa berani dan percaya diri, Rasul dan para sahabat, ketika harus berperang melawan orang kafir yang jumlahnya jauh lebih banyak dari jumlah pasukan mereka….

Dan menjadi remaja yang percaya diri memang harus gaul….Bagaimana bisa beramar makruf dan nahi munkar, kalau tidak gaul? Bagaimana kalau dari “sono” nya memang nggak gaul? pendiam, atau bahkan pemarah? Sifat dan akhlak bisa dibentuk. Sesuatu yang dibiasakan akan menetap dan menjadi sifat seseorang. Seorang remaja bisa membiasakan diri bergaul dengan semua temannya tanpa pilih-pilih. Minimal murah senyum.

Sabda Nabi : تبسمك لأخيك صدقة

Senyummu untuk saudaramu adalah sedekah.”

Jadi, tidak ada alasan untuk tidak menjadi remaja gaul. Gaul dengan teman-teman, gaul dengan guru, gaul dengan saudara-saudara, gaul dengan tetangga….agar remaja bisa beramar makruf nahi munkar, untuk meraih gelar dari Alloh sebagai sebaik-baik umat.

Dan menjadi gaul yang diridhai Alloh tentu saja gaul yang tidak menyalahi Syari’at Islam, seperti bergaul dengan lawan jenis yang bukan mahramnya bahkan dengan alasan dakwah sekalipun….

Alloh berfirman :

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ……(الآية)

Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kehormatannya…..(QS An Nur : 30)

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ.......(الآية)

Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kehormatannya………..(QS An Nur : 31

No comments

Powered by Blogger.